Kamis, 02 Oktober 2008

SOLAWATAN

Solawatan biasa dilakukan di Pesantren Asshogiri setiap senin malam mulai ba'da isa sampai menjelang tengah malam, dipimpin Mama Kiai H. Nahrowi dan dihadiri oleh seluruh jemaahnya yang tersebar di beberapa kota seperti Jakarta, Bandung, Cianjur hingga Tangerang Banten.

Acara ini diadakan untuk umum dan tidak dipungut biaya apapun.

Pangeran Shogiri

Pangeran Shogiri
Dalam silsilah kesultanan Banten, pangeran Sogiri atau dikenal dengan nama pangeran Sugiri atau Pangeran Sageri adalah putra dari Sultan Ageng Tirtayasa -’Abul Fath ‘Abdul Fattah (1651-1672) yang juga masih keturunan Syarif Hidayatullah.
Sebenarnya Pangeran Sogiri mempunyai dua saudara yang lain yaitu Maulana Mansyuruddin, makamnya terletak di Cikadueun Banten, Pangeran Sake atau juga dikenal dengan nama Pangeran Soheh, makamnya terletak di Citeureup. Sedangkan Pangeran Sogiri dimakamkan di Jatinegara Jakarta.
Tidak ada yang tau pasti kenapa Pangeran Sogiri dsampai di Jatinegara dan dimakamkan disana. Konon menurut cerita yang berkembang Pangeran Sogiri juga pernah melawan penjajah Belanda, dalam perjalanan perang melawan Belanda ini mungkin Sogiri sampai ke Jatinegara.
Meskipun keturunan raja, Pangeran Sogiri yang punya kecendrungan sufi lebih memilih menjadi santri ketimbang meneruskan menjadi seorang pamong seperti ayahnya. Selain itu sebagai anak kedua ia pun tidak dijadikan putra mahkota oleh ayahnya karena ada Maulana Masyurudin.
Sejatinya Pangeran Sogiri tidak pernah tinggal di Bogor, tetapi keturunannya banyak yang tinggal hingga wafat dan dimakamkan di Bogor. Putra Pangeran Sogiri diantaranya Pangeran Kanzul Arifin dan Raden Koyong, keduanya dimakamkan di Jatinegara disamping ayahnya.
Raden Kan’an adalah Putra Raden Koyong. Ia mempunyai dua saudara laki-laki yaitu Raden Emas, makamnya terletak di Jatinegara, dan Raden Muhyiddin atau dikenal dengan nama Raden Iyi. Konon bahwa Raden Kan’an dan Raden Muhyiddin (Iyi) semasa hidupnya bergelar Demang yang berada dibawah pemerintahan Tumenggung Wiradireja yang berkedudukan di Sukaraja, sedangkan Dalemnya adalah Aria Wiratanudatar (Dalem Cikundul).
Raden Kan’an dan Raden Muhyiddin (Iyi) berkedudukan di Tanah Baru. Keduanya tidak hanya seorang santri tapi juga seorang yang sakti mandraguna. Dalam cerita yang berkembang di masyaratkat Tanah Baru konon kesaktian Raden Kan’an sangat tinggi hingga mengalahkan Mbah Khair, Pendekar Cimande saat itu.Dalam perjalanan hidupnya Raden Kan’an dan Raden Muhyiddin mempunyai keturunan yang hingga saat ini mendiami Tanah Baru. Hingga wafat kemudian Raden Kan’an dan saudaranya Raden Iyi, dimakamkan berdampingan di Astana Gede, Tanah Baru, Bogor Utara.

(sumber: Majalah Gentara Madani)